Memanfaatkan Dedaunan, Ibu-ibu di Kendal Ini Ciptakan Kreasi Batik Ecoprint
Senin, 29 Maret 2021 08:13 WIB
Share
BATIK ECOPRINT: Batik ecoprint dari bahan dedaunan hasil karya warga Desa Purworejo, Kecamatan Ringinarum. Foto: Haifanny

POSKOTAJATENG, KENDAL - Berbeda dengan batik pada umumnya, kerajinan Batik Srikandi buatan Kelompok Usaha Bersama (Kube) Srikandi yang beranggotakan ibu-ibu di Desa Purworejo, Kecamatan Ringinarum, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, ini menggunakan bahan motif dan warna asli dedaunan. Mereka memanfaatkan dedaunan untuk membuat motif kreasi batik ecoprint.


Batik ecoprint adalah batik dengan cara mencetak dengan bahan-bahan yang terdapat di alam sekitar sebagai kain, pewarna, maupun pembuat pola motif. Bahan yang digunakan berupa dedaunan, bunga, batang bahkan ranting
Di Desa Purworejo sendiri, ibu-ibu memanfaatkan daun-daun untuk dijadikan motif batik. Setelah dedaunan dikumpulkan lalu ditempelkan di lembar kain putih yang akan dibuat batik.


"Daun yang dipilih adalah daun yang memiliki motif unik dan memiliki warna alami, seperti daun jati dan daun koropelik. Tentunya daun yang mudah didapat di sekitar rumah, sehingga mudah mencarinya," terang Hikmah Fitria Prabandari, relawan Inspirasi Rumah Zakat, Minggu (28/3/2021).

BACA JUGA: Maverick Vinales Memenangi Balapan Perdana MotoGP 2021 di Sirkuit Losail Doha, Rossi Urutan ke-12

[page-pagination]


Hikmah saat ini sedang melakukan pemberdayaan di Desa Purworejo mengatakan, pembiayaan pemberdayaan selama ini berasal dari Rumah Zakat.
Usahanya tidak hanya membuat kerajinan batik, namun dirinya juga membuat aneka makanan cemilan.


“Sementara ini anggotanya ada tujuh orang, semua eks migran, karena tujuannya supaya ibu-ibu ini tidak kembali bekerja ke luar negeri, maka diberdayakan dengan membentuk kelompok usaha bersama, sehingga tetap memiliki penghasilan,” jelasnya.

Ingin Berbeda

BACA JUGA: Lewis Hamilton Juara Balapan Pembuka Formulia Satu di Sirkuit Sakhir Bahrain
Hikmah mengungkapkan, dirinya membuat batik bermotif dan warna asli daun, karena ingin berbeda dengan batik lainnya, sehingga memiliki ciri khas sendiri. Obsesinya bisa tembus pasar luar negeri yang menyukai produk alami.

“Katanya, orang-orang negara Barat itu kulitnya sensitif terhadap bahan kimia, maka kami membuat batik yang berbahan alami, harapannya nanti banyak pembeli dari luar negeri,” ungkapnya.

Halaman
1 2
Reporter: Aji
Editor: Admin Jateng
Sumber: -