Lezatnya Kuliner Legendaris Semarang, Ada Es Puter Conglik dan Pisang Plenet Mbah Toerdi yang ''Ngangeni Sampai Tuwek''
Minggu, 18 September 2022 15:11 WIB
SEMARANG, JATENG.POSKOTA.CO.ID - Berwisata ke Kota Semarang, Jawa Tengah, rasanya kurang afdol jika tak mencicipi kuliner legendaris. Tak hanya lunpia, wingko babat, mie Kopyok Pak Dhuwur, atau kue kering Toko Oen, Kota Semarang memiliki khasanah kuliner lain yaitu minuman es puter Conglik dan pisang plenet Mbah Toerdi.
Jika Anda berkesempatan mengunjungi Pasar Sentiling, Pelataran Parkir Match Point, Kota Lama, kedua kuliner tersebut buka stan sejak 15 September hingga 25 September 2022 mendatang. Kuliner nostalgia tersebut dijajakan di sana, bersama puluhan makanan legendaris senusantara, sebagai rangkaian agenda Festival Kota Lama (FKL) Semarang tahun 2022.
Es puter Conglik yang merupakan singkatan Kacung Cilik (pembantu kecil) menjadi buruan wisatawan karena kelezatan dan kesegarannya. Menurut sejarah, es puter yang berpusat di Jalan KH Ahmad Dahlan, dan membuka cabang di Kauman Semarang ini sudah ada sejak 1982. Nama tersebut tak lepas dari kehidupan penjual es puter Sukimin yang dulu dikenal sebagai pembantu kecil.
''Usaha es puter sekarang dilanjutkan bapak saya,Pak Suwarto, sebagai generasi kedua. Kalau dulu kakek saya berjualan dengan gerobak di kawasan Pecinan, sekarang tetap bertahan mangkal di Ahmad Dahlan,'' kata Tri, perempuan anak kedua Suwarto, kepada Poskota Jateng, Sabtu 18 September 2022.
Dia bersyukur, es puternya masih laris dan bertahan hingga sekarang dengan varian durian, alpukat, dan kelapa muda. Tekstur es ini khas, lembut, rasanya enak. Seporsi es puter rasa kelapa, coklat atau alpukat dengan irisan roti, biji mutiara dihargai Rp 25 ribu, sedangkan rasa durian Rp 30 ribu/cup.
Tri bersyukur, selama membuka stan di Pasar Sentiling dengan dibantu dua karyawannya, dagangannya laris manis dengan penjualan rata-rata 80-100 cup per harinya. Diungkapkan dia, mayoritas pembelinya bilang es puternya bikin nagih.
Pisang Plenet Mbah Toerdi
Kuliner legendaris Semarang di Pasar Sentiling yang dijajakan yaitu pisang plenet Mbah Toerdi yang sudah ada sejak 1952. Saat ini operasional usaha pisang plenet dilanjutkan Yanis yang merupakan generasi keempat.
Diakui lelaki tersebut, penganan olahan dari pisang ini bisa bertahan dan dirindukan di tengah modernisasi kuliner lantaran kekhasan aroma dan cita rasanya yang dirasa lebih menggigit. Menurut Yanis, dinamakan pisang plenet karena bentuknya pipih akibat ditekan. Ciri pisang plenet adalah dibakar dengan bara arang.